“Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah,
maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya,
pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki:
selamanya memberi yang bisa kita berikan,
selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai.”
-M. Anis Matta-
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil
kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan. Ia
adalah sebuah garis panjang tanpa simpulan, namun juga garis panjang dengan
ribuan kelokan. Cinta itu hanyalah masalah waktu. Seperti ringannya lisan saat
mengatakan, “Bahwa semua akan indah pada waktunya.” Padahal hati begitu bertalu
pada tiap-tiap ketenangan, juga penantian akan cinta itu sendiri.
Tepat di sebuah hari yang memang telah ditentukan Tuhan, dia
datang dalam hidupku. Untuk kesekian kalinya memang. Maka seharusnya aku tak
lagi gamang untuk menyambutnya dan memberikan pelukan erat tanda kebahagiaan
atas kehadirannya yang singkat. Namun aku sadar sepenuhnya, bahwa tak hanya aku
dan hatiku yang akan memilikinya, juga mencintainya. Dia, mereka, dan seluruh
makhluk bumi pun ikut merayakan cinta atas kehadirannya. Membuatku sedikit
berpeluh dan bertaruh untuk memenangkan hatinya.
Ketika engkau tersesat dalam hujan, maka biarlah cintaNya
yang menjadi naunganmu. Ketika engkau tersesat dalam gelap, maka biarlah
cintaNya menjadi cahaya penuntunmu. Bahkan ketika engkau tidak dapat melihat
maka biarlah cintaNya yang akan menjadi pandanganmu. Mungkin itulah yang
kurasakan saat harus menghadapi pertarungan tanpa senjata dalam hari-hari yang
penuh dan utuh dengan kehadirannya. Sebuah pertarungan untuk memenangkan hati
yang begitu melelahkan sekaligus menyenangkan.
Namun sekali lagi kukatakan, bahwa akan ada batas untuk
tiap-tiap kehadiran. Maka begitu pun dengan langkahnya yang perlahan menjauh
pergi. Pias, menatap sayap malaikat yang mengingatkan bahwa waktu telah usai.
Tak hanya aku...bahkan dia, mereka, dan semua makhluk bumi pun ikut pucat dalam
kekalutan panjang akan kepergiannya. Seorang kawanku berkata, semoga kita tak
terlambat ! Namun sungguh, aku tak pernah yakin...bahwa aku telah benar-benar
memenangkan hatinya....
Kehadirannya adalah bagian dari inspirasi, darinya kita tahu
diri kita, darinya kita tahu makna penghambaan, darinya kita tahu bahwa dunia
ini hanya sementara, darinya kita paham bahwa setiap diri saling mengisi dengan
diri yang lain, tidak terpecah, dan tidak hidup dalam egoisme… Semoga Ramadhan
ini, bukanlah ramadhan terakhir yang kita miliki untuk terus memenangkan
hatinya. Mohon maaf lahir dan batin ya kawan, maafkan saya dalam banyak waktu,
usap air matamu atas kepergiannya..dan teruslah lakukan yang terbaik untuk
harimu...^_^