Kau tahu jiwa tentang yang bernyanyi? Ia selalu bermesraan
di sepertiga malam. Ia terkadang berbisik. Terkadang merintih. Terkadang
merangkai kata. Hanya untuk memenuhi hasrat cintanya. Pada apa yang digariskan Tuhannya.
Kau tahu tentang jiwa yang menari? Ia selalu terdiam pada
siang yang terik. Mengusap peluh perlahan, dan berjanji untuk mimpi yang
terbaik. Hanya untuk menyeka air mata saudaranya yang tercabik, atau sekedar
memenuhi hasrat rindunya. Pada apa yang diisyaratkan Tuhannya.
#Menulis tentang Dinda...
Gadis manis
dengan dua lesung pipit bersemi di pipi kanan dan kirinya. Tubuhnya kurus,
matanya bersinar jeli, dan suaranya melengking tinggi di antara kawan-kawanya.
Seolah tak pernah ada kesedihan yang tersirat di wajah mentarinya. Gadis yang
ramah di mataku. Selalu ada sapaan hangat yang keluar dari mulutnya di saat
kita bertemu. Masih kuingat, bagaimana wajahnya berbinar penuh harapan ketika
dengan malu-malu ia meminta ijin untuk mengikuti kelasku. Masih teraba dengan
jelas, bagaimana usahanya untuk membuatku tampak senang karena ia senantiasa
mengikuti instruksiku dengan baik. Pun masih terekam dalam ingatan, betapa aku
tampak sangat terkejut melihat kehadirannya diacuhkan oleh kawan sepermainannya.
Malam itu ia
menangis sesenggukan di hadapanku. Jilbab putihnya basah oleh air mata yang
tampak begitu memerihkan. Tubuh mungilnya terguncang hebat. Wajahnya tampak
acak-acakan dengan anak rambut yang berlarian keluar dari balik kerudungnya.
Ahh..andai kau tau, Dinda. Aku sungguh tak pernah ingin mendengar tangis itu di
balik keceriaanmu. Andai mampu kuputar waktu sesuai mauku, tentu takkan pernah
kubiarkan kau menangis sendirian di atas kasurmu karena nilaimu yang merosot
tajam di sekolah. Andai aku mampu menggandakan diriku satu setengah tahun yang
lalu, dan berada di sini sebagai konselingmu....tentu takkan pernah kubiarkan
mereka menyakitimu, menuduhmu, dan melukaimu sedalam itu. Bahkan andai sekarang
aku menjadi jenius dan mampu menciptakan ruang waktu, tentu akan kuhapuskan
memori tentang sayatan yang kini telah berkarat di hatimu.
“Aku memang udah ga punya orang tua, Ustadzah. Tapi aku
masih ingat, ketika aku kecil...Ibu selalu mengajarkanku kejujuran dalam segala
hal. Jadi ga mungkin aku yang mencuri uang teman-teman.” Katamu payah, dalam
sesenggukan yang tak kunjung reda.
“Dinda, coba dengar saya. Kamu bisa menjadi apapun yang kamu
inginkan. Selama mentari masih bersinar, dan bumi masih berputar..tentu akan
ada harapan bagi setiap perubahan. Ketika kamu merasa seluruh dunia menentangmu
dan memandangmu sebelah mata, maka buktikan..bahwa kau layak dipandang dengan
kedua belah mata mereka.” Kataku perlahan, kalut.
“Lalu siapa yang akan mempercayaiku? Ketika semua orang telah
memikirkan hal yang sama dan menghakimiku dengan pikiran mereka masing-masing?”
Keraguan terucap jelas dari mulutmu.
“Saya. Jika di antara sekian ratus kawanmu, hanya saya yang
akan mempercayaimu dengan hati dan bukan karena saya konselingmu..maka apakah kamu
akan mengecewakan saya kelak?”
Hening...dan isak tangis itu perlahan menghilang.
Kepercayaan adalah sesuatu yang dilahirkan, dan bukan dibuat berdasarkan
kebutuhan.
#Melukis tentang Atra...
Pandangan
matanya lurus menatap langit-langit kelas, dinding-dinding ruang, dan
sudut-sudut kertas yang berserakan. Ada sebuah kepolosan di sana. Aku tak
pernah benar-benar mengerti. Ada sepercik harapan di sana. Pun aku masih tak
mengerti. Digumamkannya huruf-huruf yang bertebaran pada lembaran buku di
hadapannya. Sama sepertinya yang tampak bimbang, aku pun tengah kalut dan
bertahan dengan kecamuk pikiranku. Huruf itu makin tak beraturan dibuatnya.
Terlipat-lipat. Terbolak-balik. Tercabik-cabik. Dan akhirnya terbaca dengan
liar.
Diseleksia. Retardasi mental. Adakah kata
lain yang lebih nyaman untuk membahasakan kisah ini bagi seorang Atra? Tentang
Atra dan dunianya. Mungkin aku hanyalah bagian terkecil dari kebahagiaannya.
Bahkan mungkin ia sangat membenci huruf-huruf yang kerap kali kusodorkan,
begitu pula dengan kehadiranku pada tiap imaginya. Setidaknya itulah yang
selalu kupikirkan tiap kali bertatapan dengan bening telaga di wajahnya. Hingga
suatu hari, sebuah pelukan hangat mencoba membahasakan kerinduan. Tubuh
mungilnya hinggap dan menguatkanku. Membuatku kembali yakin, bahwa aku akan
mampu merubahnya menjadi "seseorang" di masa yang akan datang
dengan segala keunikan yang ia punya.
#Merangkai tentang kita
Cukup. Aku
sedang tidak ingin membicarakan tentang siapapun dan apapun. Aku hanya ingin
kembali menulis. Itu saja. Ketika hujan ini datang, aku hanya ingin
menghadirkan distorsi yang mmbentuk bahasa manis dalam aksara kata. Mulanya aku
mencoba menulis tentangmu. Menjadikanmu sebagai poros ide pada setiap bait yang
kurangkai. Namun rumit. Sulit. Menghimpit. Meski pada kenyataannya kau pernah
mengijinkanku menulis untukmu, tapi tetap saja aku tak mampu. Mungkin itulah
sekian dari ketidak sempurnanaanku dalam dimensi kita. Terkadang, itu pula yang
membuatku ingin berkata pada Tuhan untuk menghapus sedikit saja jarak yang
tergores. Atau setidaknya, memberiku kekuatan penuh untuk tetap berlari pada
masa depan yang sama denganmu. Karena sejujurnya aku enggan menjadi utara dan
membiarkanmu menjadi selatan. Lalu kita sama-sama kebingungan, menentukan arah
dan titik untuk bertemu.
Menurutmu
aku sedang menulis apa? Menulis tentang hidupku yang berupa hamparan kertas,
atau menulis tentang kamu yang menjadi gunting dalam tiap gulunganku? Jujur
saja, terkadang aku ingin menjadi bagian dalam salah satu kisah rekaanmu.
Karena kurasa, hidup ini sudah terlanjur rumit. Dan aku bosan menjadi satu
bagian saja dalam hari-harimu. Mungkin hanya siang, tapi tidak menjadi malam.
Atau mungkin hanya malam, dan tidak menjadi siang.

:: Aku memandang senja dari balik jendela kamar. Langit berwarna keemasan, bersenyawa dengan ratusan warna yang membias muncrat memenuhi mega. Senja kali ini muram,seperti kemarin dan kemarinnya lagi. Aku tidak galau. Tidak juga rindu. Terlebih lagi gerimis. Entah kenapa akhir-akhir ini aku hanya ingin menulis tentang banyak hal yang berbeda, berserak, untuk kemudian menyatukannya meski aku sendiri tak mengerti. Rasanya melayang. Seperti kupu-kupu bersayap elok yang terbang melintasi beranda, ranting pepohonan, bubungan rumah, hingga menuju angkasa. Bebas. Tanpa sedikitpun cemas. Seperti gerimis yang mampu membawa pelangi di senja hari, aku ingin sekuat itu.
Hidup ini
mungkin seperti lembaran novel. Ada bagian yang ingin kucatat ulang untuk
kemudian kuhapalkan baris demi barisnya. Adapula bagian yang tak ingin kusentuh
sama sekali. Tiap-tiap bagian adalah sebuah karya. Tentunya bukan mahakarya
yang tak pernah ingin kau selesaikan bukan? Aku ingin mengukir jalanku. Ada banyak
hal yang menunggu untuk kau renungi, kau hadapi, juga kau raba kembali. Membaca
ulang tentang Dinda, Atra, ataupun sang inspirator yang takkan pernah kutemui
lagi di kemudian hari. Begitu pula dengan kisahmu hari ini. Hargailah sang
waktu, dan cintailah apa yang ada di hadapanmu meski kau tak ingin. ::
“Karena kamu suka hujan, menjadilah seperti ia.” Katamu.
Pernahkah kau menulis tanpa rasa? Maka beginilah (mungkin)
yang saya maksud...hambar..tanpa saya pun mengerti apa yang saya tulis.. -____-
*penat*
Karena kamu suka hujan, menjadilah seperti ia..
BalasHapusTerimakasih, karena selalu mengerti.
apa yaa maksudnya? tak tahu rasa yang hadir ketika menuliskannya. tapi kucoba menebaknya.. tentang kepercayaan, tentang mengubah sesuatu, terkadang memang meyakinkannya dan melakukannya sungguh rumit, dan kerumitan itu tidak harus membuat kita ciut untuk mewujudkannya bukan? Bukankah hujan datang untuk mengusir mendung dengan awan kelabunya dan kemudian menghadirkan surya bersinar kembali di tengah cerahnya langit?
BalasHapus#tentang Atra, sepertinya kisahnya mirip sama yang di film India Taare Zameen Par, bener ga?? :D
i love it :D
BalasHapusSendiri itu memang menyakitkan nick, terlebih lagi kita tidak mengetahui kemana kita mengadu dan mengeluarkan isi hati kita, mungkin saat ini dirimulah yang dipercaya oleh adik-adik dan juga para anak didikmu berilah mereka pengarahan dan perlindungan meski fisikmu perempuan tapi perkataanmu lebih tajam dari sebuah pedang yang bisa membangkitkan mereka untuk lebih semangat dalam menghadapi apapun, mari saling membantu apa yang bisa kita bantu, jadilah ibu dari setiap anak-anak yang tidak punya orang tua, jadilah kakak dari setiap adik-adik yang tidak mempunyai kakak dan .... jadilah payung saat hujan datang membasahi mereka yang tidak punya tempat untuk berlindung dan jadilah panas untuk menghangatkan tubuh mereka saat dingin datang. dan jadilah cahaya saat mereka ingin bercerita dengan Tuhan di gelapnya sepertiga malam.
BalasHapushujan memang punya pesona tersendiri...
BalasHapusSubhanallah. menulis tanpa rasa aja kata2nya Nick keren gini, apalagi yg ada rasanya yak? ajarkan aku merangakai kata tentang Hujan, kamu, dan dia :)
BalasHapuskalo nulis artikel ya pernah, malah saya kehilangan rasa dengan nalar saya. tapi kalo nulis sastra, malah perasaan saya diobok2 ama tulisan sendiri. aneh ya
BalasHapusemmm... "menjadi seperti hujan"??
BalasHapusnice write ^^
Jujur saya bukan orang yang pandai memaknai kata demi kata yang Kau tulis Nick...., tapi selalu suka dengan kata demi kata yang kau tuliskan, ada keindahan dibalik dentingan melody yang menjadi backsoundnya...
BalasHapusjadi tidak ragu kukatakan uangan ini termasuk ruang Favorite bagiku..
Menulis tanpa rasa aja tulisannya udah keren apa lagi ma rasa :D
BalasHapusKiss the rain, hahahahaha.. selama ini dhe selalu meng-silent-kan volume lptop dhe nick, dan baru tahu kalo backsoundmu adalah nada indah ini.. salam untuk mereka, salam untuk mereka yang sudah memberikan banyak cerita untukmu, salam untuk mereka yang sudah memberikan harapan baru di tiap langkahmu.. :)
BalasHapuswow..wow..wow.. saya seperti berada di langit, dan melihat beberapa kejadian di bumi.. namun air mata selalu hadir di setiap kisah yang terbaca, indah kalimat yang digunakan membuatku hanyut dalam bingung memberi makna.. hanya tentang dinda yang mampu kumaknai, mengambil pelajaran dari itu. kemudian pergi dengan tanya yang lain.. so.. nice deh.. :D
BalasHapuscuma 1 kata " Speechless " ....^_^
BalasHapussalah satu profesi yang sampai sekarang aku sangat2 hargai adalah seorang pengajar...masya Allah... cerita Dinda dan Atra... dan juga mungkin cerita anak2 yang lain merupakan cerita kita juga untuk membuat mereka lebih baik di masa depan... semoga Allah memberikanmu pahala yg sebesar2nya pahala karena keihklasanmu memberikan ilmu pada mereka...
BalasHapussaya jg termasuk pengagum ruang ini. pilihan kata2nya, pilihan dentingan melodynya, selalu bisa membuat sy b'betah2 diruang ini ^_^
BalasHapussama..
BalasHapuskata donny dirgantoro, anak2mu menguatkanmu..
BalasHapustp sperti perlu ditambah. murid2mu juga bisa menguatkanmu. :)
nice share post,
BalasHapussungguh sarat begitu banyak makna,
walau derita tekanan dunia apapun yang menimpa, selama kejujuran selalu tergenggam dalam hati, maka Insya ALLAH surga-kan tersenyum bagi mereka para pecinta kejujuran,
sungguh, akupun menyukai hujan, karena hujan adalah rahmat-NYA bagi seluruh alam semesta beserta isinya,
inginkah menjadi hujan...hmmm,
sebaiknya jadilah dirimu sendiri yang selalu indah dihadapan pandangan ALLAH SANG KHALIQ...salam :-)
bermain dengan kata, dan aku suka.
BalasHapusmungkin tak seberapa mengerti, dan begitulah kata.
Hallo Nick, baca komentarku pasti Nick tersenyum lebar hehe. Musiknya merdu, mangajak aku untuk menenangkan diri Nick. Pas banget sama tulisannya yang mengalir, jadi ga bisa apa-apa saya. Jujur, baca percakapan ustadzah dan Dinda disana seolah saya sendiri yang lagi konseling. Pertama kali konseling waktu SMA saya juga nangis, soalnya guru BP itu mengurai tentang pekerjaan orang tua. Akhirnya menemukan ketenangan juga. Ustadzah disana sangat bijak sekali ya Nick. Pasti Nick. Hehe.
BalasHapusNick, "Wajahnya tampak acak-acakan dengan anak rambut yang berlarian keluar dari balik kerudungnya". Cakep sekali kata-akatanya, benar apa kata Mas Ady. Memainkan kata-kata dan aku suka. Kapan-kapan buatlah yang lebih panjang dan berseri Nick.
Banyak pelajaran yang bisa dipetik, sangat mulia sekali Nick..
nice nick ..aku selalu terpukau dengan kata2 mu hingga aku coba untuk memaknai setiap rangkaian nya..namun terkadang meraka menguatkan kita dan kita menguatkan merekan. berjalan bergandengan ketika terjatuh tangan yang lain membantu mu untuk kemebali berdiri, di balik kesedihan dan senyuman mereka memberikan energy tersendiri bagi kita para pendidik.kita harus sellau care dengan mereka...nice post....
BalasHapusFarid
BalasHapus^__^
aku ga ngerti kok...:P
Sam
BalasHapusHahahaa..Mas Sam..kan nulisnya kali ini tanpa rasa, jadi usahlah kau tebak rasa apa yg hadir wktu aku nulis..:P
Iya, kadang kerumitan itu bikin kita terhenti lama saat melakukan sesuatu. Entah karena lelah, ataupun takut...-___-
#tare zamen paar? mirip mungkin...tapi dia "sedikit" lebih parah..soalnya dia kelainan sensitifitas juga, tak bisa disentuh,,, :'(
sioranges
BalasHapusTerimakasih yaa..mau baca corat-coret sederhana akuuu..^_^
Mas Aul
BalasHapusjadilah payung saat hujan datang membasahi mereka yang tidak punya tempat untuk berlindung dan jadilah panas untuk menghangatkan tubuh mereka saat dingin datang. dan jadilah cahaya saat mereka ingin bercerita dengan Tuhan di gelapnya sepertiga malam.
Wow..Mas Aul dewasa bgt di kalimat ituuu..ahahaaa...jarang dpt komen agak puitis gini darimu..#jujur
Sebagai komentator terpanjang..saya kasi ☂ ...karena setiap org butuh sesuatu utk berteduh bukan, mungkin spt a shoulder to cry on..:P
Rina Susanti Esaputra
BalasHapusIya...hujan adalah sebuah lagu...bagi mereka yg rindu..#ups
Zee
BalasHapusLove u, dear...apa yang musti aku ajarkan? Kamu selalu mempunyai ribuan kata indah untuk kau rangkai bukan?
Senang melihatmu di sini...❤
rusydi hikmawan
BalasHapusWaa..mampu nulis artikel "tanpa rasa" yah...saya malah belum bisa..kapan2 ajarkan saya yah..^_^
Sastra bikin diobok2? hahaha..berati tulisanmu lahir dr hati yah mas..nice...
Mushdiqah el Drida
BalasHapusMenjadi seperti hujan...aku juga belum begitu mengerti maknanya..
(mungkin) seperti mampu menghadirkan sebuah rasa yg berbeda ; tentang kekuatan, rasa untuk bertahan, tantang kerinduan, juga banyak hal yg hanya mampu hujan lakukan..
Thanks yaa...
Insan Robbani
BalasHapusAhh..aku tentu belum sepandai itu dalam merangkai kata mas...ada begitu banyak hal yg aku belum mengerti ttg permainan kata. Tapi aku berterimakasih atas setiap detail penghargaan kalian. Sungguh tak tergantikan.
Andro Bhaskara
BalasHapusahahaa..benarkah? kau menyaksikan kisahku dari langit? analogi yg cantik. Sukses bikin saya melayang..
Terimakasih, karena telah mampu membaca ttg dinda...namun adakalanya,,sebuah kisah tak pernah benar2 ingin dimaknai. Hanya dibaca..itu saja..^_^
jengjuminten
BalasHapusOmaa....terimakasih ya, sudah hadir dengan tanpa ID anonim seperti biasanya..miss u so much..
Mas Nitt
BalasHapusAmiinn...
Ah, Mas Nit..aku belum sesempurna itu..
Every child's special. Membaca tentang mereka, terkadang memang mengingatkan kita ttg arti kehidupan...^_^
Rumaisha
BalasHapusAhahahaa..terimakasih mbak..jadi terharu saya...#serus
*ngelap air mata*
Mas Andy
BalasHapusThanks for everything, Mas...^_^
Pemangsa
BalasHapusAhahaha..tumben kau hadir..-___-
Yup, murid2mu menguatkanmu..(terkadang)..mereka mengajarkanmu bermimpi...
BlogS of Hariyanto
BalasHapusIyah, saya setuju...
Kejujuran adalah poros kebaikan dan kebahagiaan itu sendiri..^_^
Ingin menjadi hujan? Mungkin tidak...namun saya mencintainya..
Budiman As'ady
BalasHapushahaaa..aku tak sepandai itu untuk bermain dengan kata, mas...
aku justru dipermainkan kata, dan tengah mencoba menyibakknya perlahan..^_^
Mas Qefy
BalasHapusUps, kok tau saya tersenyum lebar waktu bacaaa..hahahaa...#ketahuan deh..
┐(´˛`“)┌ Ah, tapi nyatanya saya memang senang kalau ada komenmu #jujur saja
Hahaha...guru BP mas qefy pasti dulunya reinkarnasi aku di kehidupan yang lalu..(ngaku2)..Eh, aku tak sebijak itu mas qefy...malahan aku belajar darimu ttg ketenangan bersikap.
Panjang dan berseri? Aku belum berani utk konsisten nulis, Mas..kecuali ada donatur inspirasi tetap..:P
dhe
BalasHapusDhe.....kamu juga inspirasiku dhe...
Rasanya indah, menemukanmu di antara sekian ribu percikan kata. Menemukanmu dg banyak kesamaan...membuatku benar2 merasa kembali hidup...^_^
Zh!nTho
BalasHapushahaa...terimakasih ya, kawan....lain kali mari kita menulis dengan rasa...wkwkwk
Mb Tia
BalasHapusahahaaa...aku ga sepandai mb tia mengungkap rasa lewat kata kok..
senang melihatmu di sini mbak..menulislah selalu ya, jika itu mampu menenangkanmu...dan membuatmu tersenyum kembali...^_^
Aduuuh.. tak usah berkata-katalah saya!,
BalasHapusPercuma!!! Akan terkalahkan sama kata-kata ditulisan nenek guru yang satu ini :P
Salamku untuk nenek guru :)))
Aku juga ada post baru nek guru!,
Di komen ya disini
Backsoundnya ga nahan euy..haha!,
Terima kasih nenek guru,
Wassalam :)))
Tidak bisa saya prediksi apa yangbtertulis pada lintasn ini...
BalasHapusyang pasti rasa dalam hatiku tersegarkan kembali atas beberapa kesejukan air didalamnya..
terima ksih.
"tanpa rasa" aja begini renyah, apa lagi dg rasa. hhe
BalasHapuswelcome nick, akhirnya keluar juga tulisannya :)
Yudhi E. Putranto
BalasHapusHehehe..terimakasih pujiannya...
nanti aku main deh..kalo udah luang yah, mas..
maap skrng masi kejar tayang (ikut istilah mas qef)..^_^
choirunnangim
BalasHapusTerimakasih banyak ya kawann..
senang menghadirkanmu dan menyejukkanmu kembali di sini...^_^
hehe.. ia hun, baru terbebas dr angka2. makanya bisa kunjungi tarian hujan mu lagi.
BalasHapusrangkaian kata ku tak sederas tarian hujan mu :)
slalu jatuh cinta pd kata2 mu ❤
Assalamu'alaikum ukhti....
BalasHapusMAMPIR kesini dgn lagu yang sendu....
Pernahkah kau menulis tanpa rasa? Maka beginilah (mungkin) yang saya maksud...hambar..tanpa saya pun mengerti apa yang saya tulis.. -____- *penat*
hehe itu rasanya gado2 kali yah mb....
^__^ Ka Nick... bahasamu indah.. layak disetarakan dengan mereka.. para ahli sastra..
BalasHapusMeskipun aku takut dengan hujan.. tapi disini.. aku malah jadi mencintai hujan karenamu ka Nick.. tetap berkarya.. aku ngefans lah sama ka Nick.. ^___^
saya juga fansmu kak nick :) bolehkah suatu saat saya minta tanda tangan ? #serius
BalasHapuscukup itu saja. :)
Nick.........
BalasHapusteteh baca smpe 3x ...
tertegun... bahasamu anggun...
tersenyum... rasamu mengayun...
nice nick sayang... pko'a Te O Pe Be Ge Te...
#yessssss.... akhirnya bisa comment. \('',)/
Zee
BalasHapuswow...kertas2 bermasalahmu udah selesai yah, darling? sekarng aku yg sekarat gara2 kertas2 bermasalah ituuu...huaaaa...-___-
Annur EL- Kareem
BalasHapushahaha..lebih dari sekedar gado2 mbak...hampa...hambar..wkwkwk #gaje
Anna AQyuan
BalasHapushahaha..jangan gitu deh anna...tar aku terbang ke langit dan ga turun2..mau tanggung jawab?
tapi sebenernya, semua tulisan itu indah kok..tergantung cara kita memaknainya aja...^_^
Uchank
BalasHapusWah, kalo gitu kita tukeran tanda tangan yah...soalnya saya juga ngefans sama kodok kamuuhh..
get well soon for ur blog uchank...
Teh Nitt
BalasHapusHuaaa...senangnya teteh ada di sini...banyak hal teh, yang bikin nick bisa kembali menulis..di antaranya adalah kehadiran teteh dan sahabat2 nick di bloof..
senang mengenalmu teh..aku mau jadi sahabatmu langit bumi dah...hahahaa :D
keep writing juga buatmu teh...^_^
Whush... Angin kencang, mudah-mudahan sebentar lagi hujan ^^
BalasHapusMas Fahrie
BalasHapushahaha...amiiinn..hujanlaahh yg deraaaasss...wkwkwk
ู ุฏููุฉ ุฑุงุฆุนุฉ ููุงุฏุฆุฉ ูุชุจุนุซ ุนูู ุงูุงุฑุชูุงุญ
BalasHapusi like this keep blogging
youcef benleulmi
BalasHapusthanks for ur visit, my friend...^_^
nice having u here...
Subhanallah mbak :)
BalasHapusayu nastiti Jazakillah mbaakk..^_^
BalasHapusMas Dudy
BalasHapusya ampuunn..kucari2 ke mana komenmu..ternyata setelah nyangkut di spam..nyangkut juga di ujung sana..hahaha :D
makasih ya, atas dukungannya..hiks..jd terharu..hahah..#lebay
kunjungan perdana
BalasHapussalam persahabatan
Kezedot
BalasHapusAhh..masa sih perdana? kayaknya aku pernah balas komen km jaman dahulu kala...hohoho :P
suka banget ma postingan ini,kata2 yang terangkai indah melahirkan kalimat penuh makna. terutama kalimat :Ketika hujan ini datang, aku hanya ingin menghadirkan distorsi yang mmbentuk bahasa manis dalam aksara kata. izin copas kalimat ini yak nick
BalasHapusmenulis memang banyak dipengaruhi oleh mood yang sedang kita rasakan. :)
BalasHapusRima Aulia
BalasHapushehehe...makasih mbak...iyah gpp dicopas...^_^
Inspirasi Kecilku
BalasHapusyup...bener banget ituuhh..kadang badmoodnya lebih banyak dr idenya..wakkaak
keren banget kata2nya :)
BalasHapusmau donk belajar merangkai kata2 supaya bisa kek kamu ^^
i really like ur blog ..hehe
anonim
BalasHapusmakasih yaa....coba kamu nulis aja yg banyak...nanti saya baca..kita belajar bareng..^_^
salam kenal yaa...
Menyimak.. Belum bisa mengartikannya (jujur).. Tapi, untaian kata yang sangat menarik untuk dibaca..
BalasHapusFaril
BalasHapushehehe..makasih yah dah mau mampir dan baca...^_^
terharu sayah...
hujann,,,,
BalasHapusmenjadi hujan karena hujan adalah berkah dari yang maha kuasa,
kita terlahir ke dunia juga berkah,,
Obat
BalasHapusYup. Semoga kita terus mnjadi berkah dan bermanfaat hingga akhir.. :D