Hallo (cinta),
Sudah berapa lama kita tidak saling bersua?
Satu bulan..
Dua bulan..
Tiga bulan..
Empat bulan..
Atau bahkan
satu dekade..
Ada banyak kisah saat kamu tak ada. Tentu saja, bukan melulu
tentang cinta kita yang semakin menua. Kita sama-sama belajar mendewasa.
Seperti kamu tau, kita bukan lagi remaja merah merona dengan senyum malu-malu,
tangan berkeringat, dan degupan jantung serupa desing peluru saat harus kembali
bertemu. Banyak memori kita acuhkan begitu saja, mungkin karena terkadang kita
perlu jeda dalam perjalanan ini.
Seringkali, kita menghabiskan waktu jumpa dengan sekedar
bercerita. Bukan. Bukan saling bercerita seperti seharusnya, karena kamu hanya
sibuk mendengarkan saja. Aku berceloteh tentang banyak hal; impian-impian kita,
kekesalan-kekesalan yang tertunda, bahkan buku yang baru saja habis kubaca. Dan
kamu tak pernah bosan mendengarkan semua cerita, juga semua doa di
sela-selanya.
Terkadang aku memaksamu bercerita. Bercerita tentang apa
saja. Semua cerita itu tak pernah benar-benar penting buatku, karena
kehadiranmu adalah yang paling penting, dan mencintaimu tetaplah menjadi bagian
terfavoritku dari semua cerita. Karena bahagia selalu sederhana. Bahagia
menuliskan tiap lembar yang tersisa pada buku harianku dengan seluruh
cerita-ceritamu, lalu menyelipkan beberapa bagian penting di dalamnya;
sepertiga dengan namamu, sepertiga dengan namaku, dan sepertiga lagi dengan doa
tentang kita. Tanpa perlu dipisahkan dari masing-masing bagiannya.
Belakangan, betapa aku merindukan suara kita yang tertawa, yang
bahkan aku hampir lupa bagaimana bunyinya. Dengan dua bola mata yang
berbinar-binar bahagia, dan senyum dengan deretan gigi manis yang kamu
banggakan setiap kita jumpa, kamu selalu berhasil membuatku bahagia.
"Bukankah luka ini masih terlalu pagi, untuk
membuat kita berhenti." Katamu tiap kali kita menjelma arakan
gelombang emosi yang menderu. Karena tentu saja, mencintai adalah perihal
menghadapi kesedihan-kesedihan dan tiap tetes air mata bersama-sama.
Lalu suatu hari kita berjalan bersama. Seperti katamu, cukup
langkahkan kaki perlahan saja. Tak perlu dengan langkah lebar dan tergesa,
karena jemari kita masih harus saling menggenggam. Kita nikmati saja, karena
kita masih harus sampai pada ujung perjalanan ini.
Maka jika cinta kita benar-benar tua suatu saat, selalu ada
doa yang aku ucapkan diam-diam, “Tuhan, jadikan cintaku cinta yang baik untuk
sepasang telinga yang kerap kali mendengarkan cerita ini. Dan jadikan aku mampu
mencintainya dengan baik. Cinta yang selalu mengerti, bahwa dibalik punggung
yang bergegas pergi, ada aku yang sedang menunggu,”
Tenang saja. Akan ada seseorang yang tidak akan kemana-mana
sekalipun kamu dan dia terjebak dalam diam yang lama, sekaligus tetap tinggal
mendengarkan dengan saksama, ketika kamu terlalu egois dan sibuk sendirian
bercerita. _Karin
![]() |
dari sini |
halo cerewet :3
BalasHapuskali ini klo Kèkè baca dia bisa ngambek, karena namanya gak disebut :p
Halo juga, papa jelek...(ɔˇз(˘⌣˘c)♥
HapusBiarin aja...nama dia aku tulis di hati aku separuh sendiri...nama papa 1/24....hahahhaa... :p
aah.. ka nik.. keren :D
BalasHapusAhhaii....segera lah zii... :D
Hapusaku ingin mencintaimu dengan baik *ehemm :3
BalasHapusaku favo-in paragraf 2 & 3 ya bunda keniaaaa >,<
Ehemm...aku juga ingin selalu mencintaimu dg baik mbak yuni...eaaaa...(´▽`ʃƪ)
Hapustuliisannya agak beda waktu dulu masih abegeh dengan sekarang yang mantan abegeh.
BalasHapusbtw tetep keren dan nikmat dibaca, senikmat kopi panas yang dihidangkan di pagi hari
setuju sama mas insan :)
HapusMas Insan; wkwkwkwk...iya dong bapaak..ah, ntar kalo tulisanku masi sama kaya dulu...dikira maci single...hahahaha...
HapusMbak Tia; wkwkwkkw...ntar mb pasti rasain deh....eaaaaa...(´▽`ʃƪ)
Hapusaahhh.... bikin senyum2 sendiri bacanya mbaa :))
BalasHapusAwas ntar dikira knp2 syif...senyum2 gitu..hahaha
Hapuswah tergambar keindahannya ya,,, :) selalu speechless dah :)
BalasHapushehehe..terimakasih ya..
HapusManis mba, :')
BalasHapusini awa yah? ganti username...jd pangling..eaaa..
Hapuswah tulisanya bagus, bisa kebawa suasananya saat baca
BalasHapusHehehe..makasi banyak yah.. :)
HapusHalooo kawan. Sudah lama saya tidak main ke sini, huuuuffft.... ternyata langsuuuuuung....
BalasHapusDisodorkan dengan.....
"tarian cinta".hahahahaaaaa
hingga terbayangkan untuk ber'segera'.hahahahaaa
nice posting sister.:-D
hihihihih...ayoo ayooo bersegeraa kawaann...wkwkwk *kaya nyemangatin apa aja.. :P
HapusTulisan mbak nik knpa selalu menghipnotis..
BalasHapusSelalu speechless. Awesome nd Love it {}
hahaha...aku ga beda sama uya kuya dong kalo gt.. :D
HapusTulisannya bagus. Salam kenal.
BalasHapushehehe...makasi yah... :D
HapusSedang mencari info tentang ritual tarian hujan jepang.. terdampar di coretan tidak penting namun begitu mempesona ini..
BalasHapusizin menjadikan beberapa bagian kata sebagai bahan tulisan saya..
Salam,
Pengagum terbaru anda :)
hihihi....seneng deh punya penggemar baru, meski nyasar...makasih ya.. :)
Hapuswew.. bunda keikei, tulisanmu mengahangatkan di tengah tarian hujan yang sepekan ini hampir tanpa absen menemani
BalasHapuswkwkwkwk...keikei...panggilan baru...hahaha
HapusKeikei sudah bisa mandi hujan belum bunda :D
BalasHapushahaha...bukan Keikei panggilannya, unca...panggilannya Aya (keajaiban). Oiya, dek juna udah bisa apa, unca?
HapusTidak tergeser sedetikpun dipikirannya, tetap fokus
BalasHapustetap fokus apanya mba? :D
Hapus